Tuesday, June 14, 2011

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui." (24:19)

Ikhwahfillah rahimakumullah...

Allah amat murka kepada mereka yang menyebarkan keaiban di dalam masyarakat. Sehingga disebabkan mereka maka masyarakat menganggap kejahatan itu merupakan suatu yang biasa dan masyarakat merasa tidak aman daripada buah mulut orang lain. Kerana itulah Allah SWT mengharamkan mengumpat sebagaimana yang difirmankan di dalam ayat berikut:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Suka kah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (49:12)

Keaiban kadangkala dianggap suatu yang baik untuk dikongsi di atas banyak sebab, antaranya untuk melepaskan tekanan perasaan, untuk menimbulkan rasa insaf, sebagai pelajaran bagi orang lain, untuk menjadikan diri dipandang mulia, memberi alasan dan sebagainya. Atas apa alasan pun, membocorkan keaiban merupakan suatu yang dilarang oleh Allah dan Rasul. Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkan dia teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya maka Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan seorang Muslim, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Dan siapa yang menutup keaiban seorang Muslim, maka Allah SWT akan menutup keaibannya di hari akhirat." (HR Bukhari)




"Semua umat ku selamat kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosa. Dan termasuk terang-terangan itu adalah seorang yang melakukan dosa di waktu malam gelap mendadak pagi-pagi diceritakan kepada orang lain. Padahal semalam Allah telah menutupi dosanya itu tetapi setelah paginya dia membuka apa yang Allah tutup itu." (HR Bukhari dan Muslim)

Keburukan dan kelemahan seseorang yang disebar-sebarkan akan menimbulkan perpecahan dan sangka buruk di dalam masyarakat. Perasaan ukhuwwah akan hilang dan digantikan dengan perasaan benci-membenci dan saling menaruh perasaan dendam. Biasanya seseorang yang membuka keaiban diri kepada orang lain akan menggoda orang yang mendengar untuk membuka keaiban dirinya pula untuk memberi nasihat atau sekadar balasan perkongsian tadi. Kalau tidak pun orang yang mendengar akan mula berburuk sangka atau termotivasi untuk melakukan perbuatan yang sama.

Seandainya keaiban tadi adalah keaiban orang lain pula, maka itu sudah masuk ke dalam kategori mengumpat dan seperti yang Allah fimankan tadi, perbuatan itu diumpamakan sperti memakan daging saudara kita yang telah mati. Jelas perbuatan ini merupakan punca perpecahan dan perbalahan sesama muslim. Bahkan, seperti juga membuka aib sendiri, membuka keaiban orang lain juga memotivasi orang yang mendengar untuk berkongsi keaiban orang lain yang dia ketahui juga. Maka tersebar luaslah keburukan dan keaiban di dalam masyarakat sehingga terbuka luaslah pintu-pintu kehancuran, fitnah dan perpecahan di dalam masyarakat.

Setiap orang mempunyai keaiban dan tidak ada seorang pun yang terlepas dari melakukan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, "Setiap daripada kamu adalah orang yang berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat."( HR Ahmad). Maka, selagi mana perbuatannya itu tidak dilakukan secara terang terangan maka perlakuan itu haruslah dirahsiakan dan dia tidak dihukum disebabkan dosanya itu.

Dari Umar bin Khattab ra, katanya "Manusia pada zaman Rasulullah SAW berhukum dgn dasar wahyu, dan sekarang wahyu telah tidak turun lagi, sekarang kamu kami hukum dengan menurut apa yang nyata bagi kami tentang kerja mu. Barang siapa yang nyata bagi kami baik, kami amankan dan kami benarkan. Kami tiada mengetahui sesuatu yang dirahsiakan, hanya tuhan yang menghitung yang dirahsiakannya itu. Siapa yang nyata bagi kami jahat, tidak kami amankan dan tidak kami benarkan, walaupun dia mengatakan bahawa yang dirahsiakan hatinya baik. (HR Bukhari)




Bertapa indahnya sistem kemasyarakatan yang telah Allah SWT buat untuk kita. Dilarang menzalimi, dilarang mendedahkan keaiban diri sendiri dan orang lain, dilarang mencari-cari kesalahan, dilarang mengumpat, dianjurkan saling memberi hadiah, dianjurkan menyebarkan salam, disuruh mendoakan orang yang bersin, disuruh memberi salam dan pelbagai lagi sarana yang Allah SWT tunjukkan pada kita dalam rangka mewujudkan masyarakat saling sayang-menyayangi dan kasih-mengasihi. Rasulullah SAW bersabda:

"Tuhan menciptakan rasa kasih sayang itu seratus bahagian. Sembilan puluh sembilan dari padanya disimpan di sisi-Nya. Satu bahagian sahaja yang diturunkannya ke duna. Dengan kasih sayang itulah para makhluk saling berkasih sayang, sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terinjak." (HR Bukhari)

"Siapa yang tidak mencintai tidak akan dicintai." (HR Bukhari)

"Anda lihat orang-orang yang beriman itu dalam kasih mengasihi, saling cinta-mencintai dan saling tolong-menolong, seperti sebatang tubuh. Kalau ada satu anggota badan yang sakit, maka seluruh tubuh akan ikut menderita tidak dapat tidur dan kepanasan." (HR Bukhari)

Benarlah firman-Nya:

"Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (8:63)

Seandainya kita membelanjakan seluruh kekayaan yang ada di langit dan di bumi sekalipun, tak akan pernah terjadinya penyatuan hati antara dua orang sekalipun. Akan tetapi dengan berpandukan sistem yang dia turunkan dan ajaran yang Da ajarkanlah, maka lahirlah suatu kaum yang tak pernah di kenal dan tak pernah terbayang oleh manusia lantaran terlalu dalamnya kecintaan di antara sesama mereka.

Mereka ibarat satu tubuh, tidak pernah terlintas untuk menyakiti tubuh yang lain. Tidak pernah terlintas untuk membiarkan tubuh yang lain. Tidak pernah menghina dan mencaci tubuh yang lain. Tidak pernah hilang kerjasama di antara mereka. Tidak pernah diam suatu anggota melihat anggota lain terzalimi. Begitulah kuat dan kukuhnya perhubungan di antara mereka.

No comments:

Post a Comment